Rabu, 20 Mei 2015

Scare Of Namja (6)

Diposting oleh Justiv di 15.01 0 komentar
“Boyband? Kau?”, Sung Mi memandangi Kwang Min dari ujung kaki sampai ujung kepala tak percaya. “Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?”, tanya Kwang Min tak suka. “Anio”, Sung Mi berusaha menahan tawa. “Ya sudah kalau tidak mau ikut”, Kwang Min berjalan begitu saja melewati Sung Mi. “Eh? Chankaman!”.

***

Sung Mi menatap Kwang Min tak percaya. Saat di studio tadi, ia seakan melihat Min Woo yang sedang dance, bukan Kwang Min. Kwang Min yang merasa diperhatikan sejak tadi, menoleh dengan tatapan sinis. “Kenapa kau melihatku terus?”. Sung Mi menggeleng cepat.
“Kenapa kau ikut audisi menjadi boyband?”, tanya Sung Mi penasaran. “Molla, hanya ingin saja”, jawab Kwang Min asal. Sung Mi mengerucutkan bibirnya sebal. “Oh iya, apa yang ingin kau ceritakan padaku?”, tanya Kwang Min. “Cham! Kurasa Min Woo mulai takut kehilanganku”, ujar Sung Mi semangat. Kwang Min menatap Sung Mi sejenak lalu tertawa keras, membuat semua penumpang bis menoleh ke arahnya.
“Ya! Kenapa kau tertawa?”, tanya Sung Mi sebal. “Kau ini terlalu percaya diri. Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”, tanya Kwang Min, berusaha menghentikan tawanya. “Dia bertanya padaku tentangmu”, ujar Sung Mi, membuat Kwang Min benar – benar berhenti tertawa.
“Tentangku?”
“Mungkin saat kita pergi ke festival dance kemarin, dia melihat kita berdua”
“Jadi kemarin dia melihatku?”
“Aku tidak tahu”, Sung Mi mengangkat kedua bahunya. “Tapi kurasa, dari nadanya bertanya padaku, dia sedikit tak suka aku dengan namja lain”, tambahnya. Kwang Min menyipitkan matanya, “Kau ini sepertinya terkena penyakit percaya diri akut ya?”
“Mwo?!”
“Tapi kurasa itu berarti rencana ini berjalan sangat lancar”
“Geureyeo? Kurasa juga begitu”
“Lalu bagaimana dengan Ah Ra?”, tanya Sung Mi.
“Maksudmu?”
“Apa kau lupa kalau rencana ini bukan untukku saja?”. Kwang Min hanya diam, tak menjawab pertanyaan Sung Mi karena ia sendiri tak tahu apa ia masih memerlukan rencana itu atau tidak.
Kwang Min buru – buru memasukkan buku – bukunya ke dalam  tas. Ia dan Sung Mi sudah sepakat pulang bersama hari ini. “Kwang Min”. Kwang Min menoleh dan terkejut melihat Ah Ra yang berdiri di depannya. “Mworago?”, tanya Kwang Min ketus. “Ada pesta di rumahku, datanglah”, undang Ah Ra. Kwang Min menyampirkan tas di bahunya. “Pesta apa?”, tanyanya malas. Ah Ra sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. “Itu…pesta ulang tahunku”. Kwang Min menoleh cepat, melihat Ah Ra yang terlihat kecewa. “Oh? Saengil chukka hamnida. Mianhae, aku tidak bisa datang”, ujar Kwang Min pura – pura acuh lalu segera pergi meninggalkan Ah Ra.
Kwang Min POV
Kenapa aku bisa melupakan ulang tahun Ah Ra? Biasanya aku tidak pernah melewatkan ulang tahunnya dua tahun terakhir ini. Ada apa denganku? Dia pasti merasa sangat kecewa
POV end
Kwang Min menghampiri Sung Mi yang duduk di halte depan sekolah. “Mianhe, apa kau sudah menunggu lama?”, tanya Kwang Min. “Anio, tidak juga”, jawab Sung Mi. Sung Mi memperhatikan Kwang Min yang tidak bersemangat. “Kurasa kita sebaiknya berjalan kaki saja”, ujar Sung Mi. “Hm? Wae?”, tanya Kwang Min heran. “Molla, hanya ingin saja”, Sung Mi tersenyum. Kwang Min menyipitkan matanya, “Sepertinya aku pernah mendengar itu”. Sung Mi tersenyum. “Ayolah kita jalan saja, aku belum pernah pulang dengan berjalan kaki”, pinta Sung Mi dengan wajah memelas. Kwang Min tersenyum, “Geurae”. Kwang Min dan Sung Mi pun melewatkan bis yang biasa mereka tumpangi dan pulang dengan berjalan kaki. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah memperhatikan mereka.
“Kenapa kau tidak datang ke pesta ulang tahun Ah Ra?”, tanya Sung Mi. “Oh itu. Aku..”, Kwang Min tiba – tiba berhenti. “Kau tahu darimana hari ini Ah Ra mengadakan pesta ulang tahun?”, tanya Kwang Min heran. “Sudah kuduga”, gumam Sung Mi. “Mwo?”, Kwang Min semakin tak mengerti. “Aku diundang oleh Min Woo”, ujar Sung Mi. “Pantas saja”, gumam Kwang Min.
“Lalu kenapa kau tidak datang?”
“Untuk melihat kemesraan Min Woo dan Ah Ra? No, thanks”, jawab Sung Mi ketus.
“Kau sendiri kenapa tidak datang? Aku yakin kau diundang”
“Aku lupa hari ini ulang tahunnya”, ujar Kwang Min lesu.
“Mwo? Kau melupakan hari ulang tahunnya?”. Kwang Min mengangguk.
“Apa dia sadar kalau kau lupa hari ulang tahunnya?”, tanya Sung Mi penasaran. “Kurasa begitu. Dia terlihat kecewa saat aku tidak sadar kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya”, jawab Kwang Min, mengingat tatapan kecewa Ah Ra. Sung Mi mengusap dagunya, “Kupikir dia masih berharap padamu”, ujar Sung Mi, membuat mata Kwang Min membulat.
“Kenapa kau berpikir seperti itu?”
“Bukankah kau bilang dia terlihat kecewa? Mungkin saja dia berharap kau masih menyukainya dan tak menyangka kau bisa melupakan hari ulang tahunnya”, ujar Sung Mi asal. Kwang Min terdiam, memikirkan apa yang dikatakan Sung Mi. 

Rabu, 02 Oktober 2013

Potret Rasa ( Cerpen )

Diposting oleh Justiv di 09.44 0 komentar


Cinta adalah misteri yang manis. Tak ada yang tahu kapan cinta itu datang menghampiri. Namun semua tahu, bahwa cinta tak akan pernah pergi.
Mentari yang bersinar terang di Minggu pagi, membuat setiap orang melakukan aktivitasnya masing – masing dengan semangat. Begitu pula dengan seorang gadis bernama  Julia. Ia datang ke taman dengan suasana hati yang ceria. Tak seperti orang – orang disekitarnya yang datang ke taman untuk berolahraga, Julia hanya ingin menggambar disana. Julia selalu menggambar hal – hal yang disukainya. Iamulai mencari objek yang akan ia gambar. Banyak sekali yang ingin ia gambar di taman itu. Ada bunga – bunga yang cantik, kupu – kupu yang beterbangan, dan …. Seorang pemuda yang tengah sibuk memotret bunga di taman dengan kupu – kupu yang mengelilinginya. Julia tersenyum lebar, ia pun mulai membuat sketsa pada buku gambarnya.
….
Seorang pemuda tengah menikmati pemandangan taman dengan kamera menggantung di lehernya. Ia memperhatikan orang – orang yang berolahraga dan berekreasi di taman itu. Tak seperti orang – orang itu, ia hanya ingin mencari objek yang indah. Matanya beralih pada bunga – bunga yang bermekaran dengan kupu – kupu yang beterbangan di atasnya. Ia segera membidikkan kameranya dan memotret bunga – bunga itu  beberapa kali. Ia tersenyum puas melihat hasilnya.
Lensa mata dan kameranya kembali mencari objek yang lainnya. Ia berhenti mencari begitu kameranya menangkap seorang gadis yang tengah duduk di sebuah bangku taman dengan sebuah buku gambar di tangannya. Ia menurukan kameranya dan mengamati gadis itu. Ia tersenyum lalu segera mengarahkan kameranya dan memotret gadis itu. Ia tersenyum lebar sambil memandangi foto gadis itu di kameranya. Namun senyumnya menghilang saat tak lagi mendapati gadis itu di bangku taman atau dimanapun. Ia menatap foto gadis itu lagi dan tersenyum tipis.
Julia menghela nafas lega setelah berhasil datang ke sekolah sebelum gerbang sekolah ditutup. Ia mengatur nafasnya yang terengah – engah karena berlari. Ia melihat siswa lain yang terlambat berdiri dengan pasrah di luar gerbang sekolah. Mata Julia langsung membulat begitu melihat seorang pemuda yang pernah ia lihat, berdiri di antara siswa yang terlambat. Julia merasa yakin kalau ia adalah pemuda yang ada di taman kemarin. Namun, ia tak memiliki banyak waktu untuk memastikannya karena ia sudah terlambat masuk ke kelasnya. Ia hanya bisa berharap jika dugaannya benar.
Meskipun sudah berlari sekuat tenaga, Ken tak berhasil memasuki gerbang sekolahnya. Ia terpaksa harus berdiri dan menunggu di luar bersama siswa lainnya yang juga terlambat. Tiba – tiba matanya menangkap sosok yang pernah ia lihat sebelumnya. Ia yakin bahwa gadis itu adalah gadis yang ia lihat di taman kemarin, meskipun ia hanya melihatnya sekilas karena gadis itu lari terburu – buru. Senyumnya perlahan mengembang. Ia tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan gadis itu di hari pertama sekolahnya.
“Selamat pagi, nama saya Julia Maharani”, ujar Julia memperkenalkan diri.“Baiklah Julia silahkan duduk di sebelah sana”, ujar ibu guru sambil menunjuk kursi yang kosong. Julia segera duduk di bangku barunya.“Hai”, sapa Julia ramah pada gadis yang duduk di bangku sebelahnya. Gadis itu menoleh pada Julia, namun raut wajahnya tak membalas keramahan Julia dan ia langsung memalingkan wajahnya. Julia menatap gadis itu heran lalu melihat sekelilingnya. Julia menelan ludah, ia belum yakin akan mendapatkan seorang teman.
Berbanding terbalik dengan Julia, Ken langsung disambut baik di kelasnya, baik siswa maupun siswi. Bahkan ketika ia berjalan di koridor, banyak yang menyapanya padahal ia sendiri tak tahu siapa saja yang menyapanya.
Satu – satunya tempat yang bisa membuat Ken tenang adalah perpustakaan, dimana hanya ada buku dan suara helaan nafas. Sementara orang sibuk dengan buku, ia akan sibuk dengan kameranya dan memotret buku – buku dan orang – orang yang ada di perpustakaan. Tiba – tiba ia teringat dengan gadis yang ia lihat di taman dan gerbang sekolah. Seandainya ia bisa melihatnya lagi disini, karena sepertinya ia adalah siswi di sekolah ini. Tiba – tiba ia melihat gadis itu lagi di kameranya, gadis yang ada di taman. Gadis itu memandang kearahnya. Ken segera menyiapkan kameranya dan membidikkannya pada gadis itu.
“Sedang apa kau disini? Bel sudah berbunyi”. Ken menurunkan kameranya lalu melihat dua temannya berdiri di belakangnya. “Aku sedang ..”. Ken menoleh, namun tak melihat gadis itu dimanapun. Tiba – tiba sebuah ide terlintas di pikirannya. “Apa kau mengenal gadis ini?”,tanyanya sambil menunjukkan foto gadis yang diambilnya tempo hari di taman. Kedua temannya langsung saling pandang setelah melihat foto itu. Ken menatap  kedua temannya heran.
Ken menatap gadis di hadapannya dengan tatapan kosong. Gadis yang tersenyum di kameranya kini terbaring di sebuah ruangan rumah sakit. Ia memandang papan nama di ranjang tempat gadis itu berbaring. Julia Maharani, nama gadis itu Julia. Ken ingat cerita kedua temannya. Julia adalah murid baru sama seperti dirinya, namun tidak dengan perlakuan teman – temannya. Julia tak pernah dianggap ada oleh teman – temannya, bahkan kerap kali mendapat perlakuan kasar. Temannya hanya satu, yaitu buku gambarnya.
Dua hari yang lalu, Julia sedang menggambar. Entah apa yang digambarnya, namun itu membuat salah satu siswa marah dan merobek buku gambar itu. Pada hari itulah kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang membuat Julia terbaring tak sadarkan diri.
Ken menghampiri meja kecil di samping ranjang dan melihat sebuah gambar yang terpajang di atasnya. Gambar itu seperti sebuah puzzle kusut, kertasnya terkoyak tak beraturan. Meskipun begitu, gambar itu masih terlihat jelas. Gambar seorang pemuda yang sedang memotret bunga dengan kupu – kupu mengelilinginya. Ken menoleh dan memandangi wajah Julia yang pucat. Ia hanya bisa menggigit bibirnya menahan tangis.
7 tahun kemudian …
Ken berjalan melewati foto – foto yang terpajang di dinding sebuah galeri. Foto – foto itu akan di lelang dan hasil yang didapat dari lelang itu akan diberikan untuk amal. Ken berhenti di depan sebuah foto dan memandanginya. “Kau yakin akan melelang foto ini?”. Ken menoleh pada Juno, temannya yang juga ikut melelang salah satu karyanya. “Tentu saja”, ujar Ken. Juno menatap Ken tak yakin. “Lagipula aku menyimpan salinannya”, ujar Ken lagi. Juno memandangi foto itu, foto seorang gadis yang sedang duduk di bangku taman dengan buku gambar di tangannya. Mata Juno beralih pada tulisan di bawah foto itu. “Nampaknya kau benar – bena rmerindukan gadis di foto itu”, ujar Juno. Ken hanya tersenyum tipis.
Acara lelang sudah selesai dan galeri foto mulai sepi. Ken sedang memandangi foto Julia dari kameranya saat seorang pria berjalan menghampirinya. “Apa anda yang bernama Ken?”,tanya pria itu.
“Ya, anda siapa?”
“Nama saya Hadi. Klien saya yang telah membeli foto anda”
“Benarkah? Lalu ada perlu apa anda menemui saya?”
“Klien saya menitipkan ini untuk diberikan pada anda. Ia berkata sangat menyukai foto anda”, ujar Hadi. “Kalau begitu saya permisi”, pamitnya lalu pergi.
Ken menatap bungkusan di tangannya heran. Ia membuka bungkusan itu perlahan dan terpaku begitu melihat benda di dalamnya. Sebuah gambar seorang pemuda yang sedang memotret bunga dengan kupu – kupu mengelilinginya. Kertasnya sudah terkoyak dan disusun seperti puzzle. Ken melihat sebuah memo kecil dan membacanya. Ia memandangi tulisan di memo itu.
Tiba – tiba Ken berlari dengan cepat. Ia berhenti di depan galeri dan melihat seorang wanita berdiri memunggunginya. Begitu wanita itu berbalik, ia segera mengarahkan kameranya pada wanita itu lalu memotretnya. Ken menurunkan kameranya dan menghela nafas lega melihat wanita itu masih berdiri di hadapannya. Wanita itu menatap Ken sejenak dengan tatapan heran lalu tersenyum. Melihat senyuman wanita itu, senyum Ken pun mengembang di pipinya.
“Aku menyukaimu sebanyak aku mengingatmu – Ken”
“Dan aku mengingatmu sebanyak aku menyukaimu – Julia”

Sabtu, 25 Mei 2013

Film yang bisa bikin nangis bombay T.T

Diposting oleh Justiv di 04.26 0 komentar
1. Meung Gu ( My True Friend)



 Tak disangka – sangka, film berlatar gangster ini ternyata mampu menyuguhkan kisah persahabatan yang mengharu biru.  Film ini menceritakan sebuah geng yang selalu terlibat dalam perkelahian. Ada Gun (Mario maurer), sang ketua geng. Ia adalah salah satu murid yang ditakuti di sekolahnya karena keahliannya dalam berkelahi. Ada pula Song (Natcha Jantapan) yang tidak bisa berkelahi sama sekali. Secara tak sengaja, song yang tidak bisa berkelahi itu masuk menjadi anggota geng. Namun Song tak serta merta bisa berkelahi. Diantara segelintir adegan – adegan perkelahian, ternyata film ini juga menaburkan kisah cinta di dalamnya. Gun menaruh hati pada seorang gadis bernama Name (Monchanok Saengchaipiangpen). Namun gadis itu sangat membenci gun atas sebuah kesalahpahaman. Lalu dimana kisah mengharu birunya? Tonton aja, jangan sampai ada adegan yang terlewat, ok?


      2. Crazy Little Things Called Love



 This is the best movie i've ever seen!
               Sebuah cerita klise namun mampu menarik dan menyayat hati para penontonya. Film yang berkisah tentang cinta ini menceritakan seorang gadis yang bisa dibilang buruk rupa bernama Nam (Pimchanok Luevisetpaibool). Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada Phi Shone(Mario Maurer), seorang pemuda tampan nan baik hati. Berbagai usaha dia lakukan untuk menarik perhatian Phi Shone hingga ia berubah 180 derajat menjadi gadis yang sangat cantik. Ia pikir dengan menjadi cantik maka ia akan pantas bersanding dengan Phi Shone. Namun nyatanya, hal itu bukanlah kendala utama cinta mereka untuk bersatu. Sekian lama menunggu, pada akhirnya cerita cinta ini berakhir bahagia. Watch it! I bet you will love this movie at the first time!

      3.  Harmony
                          
            Seperti dalam gambar, film ini memang menceritakan beberapa tahanan wanita dengan berbagai latar dan alasan mereka bisa menghuni jeruji besi itu. Hong Jeong-hye (Kim Yunjin) salah satunya. Ia menjadi tahanan karena membunuh suaminya sebagai pembelaan atas kekerasan yang dilakukan suaminya terhadapnya. Bahkan ia sampai melahirkan dan membesarkan anaknya di penjara. Namun ia tak mungkin membesarkan anaknya terus menerus di dalam penjara. Dengan berat hati, ia menyerahkan anaknya ke sebuah yayasan dan membiarkan anaknya di adopsi oleh orang lain. Beberapa tahun kemudian, ia mendapat kesempatan bertemu dengan anaknya apabila ia bisa menghadirkan paduan suara yang sebelumnya telah dibuatnya ke suatu acara. Bersama dengan teman satu tahanannya, Kim Moon-ok(Na Moon-hee), Kang Yu-mi (Kang Ye-won), dan lainnya yang memiliki kisah masing masing, Hong Jeong-hye berjuang keras untuk dapat menampilkan yang terbaik. Walaupun latarnya agak sedikit ekstrim, namun kisah – kisah tentang kasih sayang banyak memberi pelajaran terhadap kita semua yang menontonnya.
      
      4.  Wedding Dress

Sebuah film yang menceritakan tentang Go-eun (Song Yun-ah), seorang single parent yang mengidap kanker . Go-eun yang bekerja sebagai perancang ini berusaha menyembunyikan penyakitnya dari anaknya, So-ra (Kim Hyang-gi). Ia ingin di sisa hidupnya mampu membuatkan sebuah gaun cantik yang akan dipakai anaknya kelak ketika ia menikah. Namun, lambat laun anaknya pun mengetahui kondisi ibunya. Yang lebih mengharukan, So-ra tetap berpura – pura seolah ia tak pernah mengetahui penyakit yang diderita ibunya itu. Bahkan hingga nafas terakhir ibunya pun, So-ra tetap mengajak ibunya itu berbicara dengannya. Walaupun di awal – awal cerita ini rada ngebosenin, tapi pas di akhir nyelekit banget. Patut ditonton :)!

5. Humming
Kali ini adalah film yang menceritakan kisah sepasang kekasih. Jun-Seo (Lee Chun-Hee)dan Mi-Yeon (Han Ji-Hye) telah menjalin hubungan selama 6 tahun lamanya. Mi-Yeon semakin cinta pada Jun-Seo, namun  Jun-Seo merasakan sebaliknya. Ia merasa bosan dengan hubungannya itu. Suatu hari, ia mengambil pekerjaan di kutub utara dengan maksud menghindari Mi-Yeon dan agar Mi-Yeon lambat laun juga merasa bosan dengannya. Namun apa mau dikata Mi-Yeon terlalu cinta pada Jun-Seo. Awalnya Mi-Yeon ingin ikut kemanapun sang kekasih pergi yang jelas – jelas ditolak Jun-Seo. Akhirnya Mi-Yeon bersedia menunggu selama apapun. Namun nyatanya menunggu tak semudah mengucapkannya. Mi-Yeon mengalami kecelakaan saat akan mengantarkan hadiah pada Jun-Seo. Penyesalan demi penyesalan pun dirasakan Jun-Seo. Berbagai usaha pun dilakukannya demi membawa kekasih hatinya  kembali lagi ke sisinya. Sebenernya cerita ini agak bolak – balik, dari flashback terus balik lagi ke masa kini. Rada kesel juga sama si Jun-Seo. Nyesel itu emang datengnya terlambat, kalau udah kehilangan baru deh repotnya kerasa. Tapi sukses buat film ini, lumayan bagus juga dan bisa membuat airmata jatuh :’(


6. The Pursuit Of Happyness
          Film ini bercerita tentang perjuangan seorang ayah demi bisa bertahan hidup dan anaknya. Chris(Will Smith) harus bekerja keras untuk mendapatkan uang di tengah kehidupannya yang sangat sulit.  Suatu saat dia diterima magang di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Kehidupan yang keras membuat ia dan Christopher harus berpindah – pindah tempat tinggal karena ia tak memiliki hunian tetap. Ia terus bekerja keras hingga akhirnya ia berhasil menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana dan menjadi sukses. Film inspiratif ini selain mengharukan juga menyajikan pembelajaran akan kegigihan hidup pada kita semua. Berharap semua ayah di dunia seperti  Chris yang mampu menyayangi dan bekerja keras demi kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

  7. Heart Is (Maeumi)
  Film tentang kakak beradik yang hidup dengan seekor anjing ini pun patut diacungi jempol. Mengisahkan kakak beradik yang ditinggal oleh ibunya. Film dimulai dengan Chan-yi (Yoo Seung Hoo) yang berlari dengan menggendong seekor anak anjing yang berhasil dicurinya sebagai kado ulang tahun untuk adiknya, So-i (Kim Hyang-gi). Mereka merawat anak anjing itu hingga besar dan setia pada pemiliknya. Mereka menamainya Maeumi, yang artinya hati. Kesedihan dimulai ketika Chan-yi harus kehilangan So-I,  adik kesayangannya itu untuk selama – lamanya. Kesetiaan Maeumi terbukti saat ia terus mengikuti Chan-yi meskipun majikannya itu meninggalkannya. Film ini mampu membuat penonton menangis dari awal hingga akhir cerita, percaya deh!.

Jumat, 10 Mei 2013

Scare Of namja (5)

Diposting oleh Justiv di 15.29 0 komentar
Min Woo menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku dan bergegas memasuki kerumunan di depannya. Namun langkahnya terhenti melihat seseorang yang dikenalnya berdiri tak jauh dari sana.
“Sung Mi?”
***
Min Woo melihat Sung Mi berdiri menatap kerumunan di depannya. “Sedang apa dia disini?”, gumam Min Woo heran. Min Woo melihat kerumunan di depannya. Banyak namja disini, mengapa Sung Mi kesini? Bukankah ia takut melihat namja yang belum pernah dilihatnya? Sebaiknya ia menghampiri Sung Mi dan membawanya menjauhi kerumunan itu sebelum Sung Mi histeris. Baru saja ia akan menginjakkan kakinya untuk langkah kedua, langkahnya terhenti begitu melihat seorang namja menghampiri Sung Mi. Namun ia tidak bisa melihat wajah namja itu  karena saat namja itu datang menghampiri Sung Mi, beberapa orang bertambah di kerumunan membuat namja itu tak terlihat jelas. “Siapa namja itu?”, tanya Min Woo dalam hati. Ia merasa penasaran, terutama saat melihat Sung Mi yang terlihat biasa saja dengan namja itu, padahal rasanya Sung Mi tak punya teman seorang namja selain dirinya. “Lebih baik aku mengikuti mereka”, pikir Min Woo.
Sung Mi menatap keramaian di depannya takut. “Aku tidak mau masuk kesana!”, tolaknya untuk yang kesekian kali. Kwang Min menghela nafas, melampiaskan lelah dan juga kesal.
“Kau harus masuk kesana! Ini cara agar kau tidak takut lagi pada namja”
“Tapi dengan namja sebanyak ini, aku masih takut”
Kwang Min menarik lengan Sung Mi, membuatnya terkejut. “Tenang saja, percayakan padaku. Jangan lepaskan tanganku. Jika kau merasa takut kau genggam saja tanganku dengan sa….ngat erat, arraseo?”, ujar Kwang Min meyakinkan. Sung Mi masih sedikit ragu, namun akhirnya ia mengangguk pelan. Kwang Min tersenyum lega.
“Tapi aku akan menggenggam tanganmu dengan sa..ngat erat jika aku merasa takut. Kau ingat itu dan jangan protes”
“Ne, ne. Arraseo!”

Kwang Min terus menyipitkan matanya menahan sakit. Sesuai perjanjian, Sung Mi akan menggenggam lengan Kwang Min jika ia merasa takut dan sejak tadi tak henti – hentinya Sung Mi menggenggam tangan Kwang Min dengan erat.
“Hey! Apa kau tidak bisa berhenti merasa takut?! Kalau begini caranya kau tidak akan berani menghadapi namja”, keluh Kwang Min sekaligus kesal. “Aku kan sudah bilang, terlalu banyak namja disini”, gerutu Sung Mi tanpa membuka matanya. Kwang Min mendesah, berusaha keras menahan rasa kesalnya.
“Tapi setidaknya, bukalah matamu. Kenapa matamu tertutup terus?”
“Aniyo! Aku tidak mau membuka mataku. Nanti mereka akan melihat padaku dengan wajah seram”. Kwang Min mendesah tak percaya mendengar alasan Sung Mi.
“Oh ya ampun, kau ini narsis sekali ya? Siapa juga yang akan memperhatikanmu?”
“Saat aku membuka mataku, yang kulihat dari namja – namja itu pasti wajah mereka yang sedang melotot padaku. Seperti anak – anak waktu itu”, ujar Sung Mi pelan. “Ayolah, jadi selama ini kau takut pada anak- anak? Itu sama sekali tidak lucu”, ujar Kwang Min datar. “Kalau begitu jangan tertawa”, ujar Sung Mi sebal.
“Tapi setidaknya lepaskan dulu tanganku, bisa – bisa tanganku jadi bengkak”, ujar Kwang Min sambil melepaskan genggaman Sung Mi. “Hey, lalu aku harus berpegang pada siapa?”, tanya Sung Mi sambil meraba – raba. Sementara Kwang Min terkikik sambil berusaha menghindari rabaan Sung Mi. Di sela sibuknya Sung Mi meraba – raba, sesorang tanpa sengaja menyenggolnya. “Eh, eh”, Kwang Min yang melihat Sung Mi kehilangan keseimbangan buru – buru menangkap Sung Mi. Jantung Kwang Min langsung berdegup kencang. Posisi mereka kini seperti hampir berpelukan. Sung Mi membuka matanya yang langsung bertemu pandang dengan mata Kwang Min. Kini ada dua jantung yang berdetak dengan cepat.
   Min Woo tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi, saat ia melihat Sung Mi memeluk pemuda yang ia tak tahu siapa. Ia tak bisa menyangka sejak ia melihat Sung Mi pergi dengan seorang pemuda di tengah keramaian. Itu bukan Sung Mi yang seperti biasanya. Ditambah lagi mereka tadi berpelukan. Min Woo memandangi ponselnya, sebuah pesan masuk dari Min Ah Ra. Min Woo mengacak – acak rambutnya frustasi. Apa yang baru saja dipikirkannya?
“Hey! Sung Mi!”, panggil Kwang Min. Namun Sung Mi yang berjalan di depan Kwang Min menambah kecepatan langkahnya. Kwang Min pun berlari dan langsung menarik lengan Sung Mi. “Kau ini kenapa? Aku kan sudah bilang minta maaf. Lagipula itu kan tidak sengaja”, ujar Kwang Min menjelaskan. Sung Mi juga tahu tadi itu tidak sengaja. Namun ia diam bukan karena itu, ia masih bingung dengan degup jantungnya tadi.
“Lagi pula siapa yang ingin memelukmu”, ujar Kwang Min.
“Mwo?! Kau pikir aku mau?”, ujar Sung Mi ketus.
 “Oh ya, sejak tadi kan kau berjalan di depanku”, ujar Kwang Min. “Lalu?”, Sung Mi tak mengerti maksud Kwang Min. “Itu artinya kau sudah tidak takut namja lagi!”, seru Kwang Min senang. “Jinja? Apa benar begitu?”, tanya Sung Mi tak percaya. “Tentu saja. Kau tidak perlu aku menutupi dirimu saat berjalan, dan kau juga tidak menutup matamu”, ujar Kwang Min yakin. “Geureyo? Ah jinja! Aku senang sekali”, seru Sung Mi senang. “Berarti misi pertama berhasil”, seru Kwang Min senang. “Hore kita berhasil!”, Kwang Min dan Sung Mi berseru senang bersamaan dan hendak berpelukan. Namun sebelum itu terjadi, mereka tersadar dan tidak jadi berpelukan. “Sepertinya efek dari misi ini sangat besar ya”, ujar Kwang Min lalu berjalan begitu saja mendahului Sung Mi. Sung Mi memandang punggung Kwang Min tak percaya. “Mwo?!”

Sung Mi menaruh tas di mejanya dan duduk sambil menopang dagu. “Efek yang sangat besar katanya?”, Sung Mi mencibir, “Dia itu memang sengaja meledekku”.
“Siapa meledek siapa?”
Sung Mi kaget bukan main mendengar suara yang tiba – tiba itu. “Min Woo, kau mengagetkanku!”, Sung Mi mengelus – elus dadanya. Min Woo tersenyum lalu duduk di samping Sung Mi. “Jadi siapa yang meledekmu? Apa perlu aku hajar dia?”, tanya Min Woo sambil memperagakan gaya meninjunya. Sung Mi tersenyum geli, “Anio, bukan apa – apa. Jadi kau tidak pelu menghajarnya”. Min Woo menghentikan gerakannya lalu memandang Sung Mi kecewa.
“Kemarin aku melihatmu bersama seorang namja”, ujar Min Woo membuat Sung Mi cukup terkejut. “Kau melihatku dimana?”, tanya Sung Mi hati – hati. “Apa namja itu yang tidak perlu kuhajar?”, tanya Min Woo tanpa mengindahkan pertanyaan Sung Mi. “Bukan begitu”, Sung Mi jadi merasa bingung harus berkata apa.
Sung Mi POV
“Bukan begitu”
 Kenapa dia bisa tahu aku kemarin bersama seorang namja? Eotteokhaji? Apa aku jujur saja pada Min Woo tentang Kwang Min dan rencana…. . “Min Woo!”, mataku langsung tertuju pada seorang yeoja yang menghampiri Min Woo.
“Oh, Ah Ra”
 Aku tersenyum tipis saat kulihat Ah Ra tersenyum padaku. “Boleh kupinjam Min Woo?”, tanya Ah Ra, nada suaranya terdengar ramah. Pinjam? Memangnya Min Woo itu barang? “Ne, silakan”, aku berusaha tersenyum. Kulihat Min Woo dan Ah Ra keluar dari kelas. Aku menggeleng cepat. Andwae! Aku tidak boleh mengatakannya! Tapi…kenapa saat Min Woo bertanya tadi ia tidak terlihat senang? Apa dia mulai takut kehilanganku? Kalau benar aku akan sangat senang.
Sung Mi POV end

Sung Mi menghentakkan kakinya beberapa kali sambil bersandar di gerbang sekolah. Saat istirahat ia sudah mengirim pesan pada Kwang Min untuk pulang bersama. Ia ingin segera menceritakan tentang dugaannya pada Min Woo. Ia semakin yakin akan dugaannya ketika motor Min Woo berhenti di depannya semenit yang lalu.
“Kau menunggu jemputan?”, tanya Min Woo melihat Sung Mi yang berdiri di gerbang sekolah. Sung Mi melirik Ah Ra yang duduk manis di jok belakang, “Begitulah”, jawabnya asal lalu mengalihkan perhatian pada gedung sekolah. “Apa dia sekolah disini?”, tanya Min Woo melihat tingkah Sung Mi. Masih terbawa suasana, Sung Mi menjawab dengan asal. “Ne, begitulah”. Sadar dengan jawabannya, Sung Mi langsung menatap Min Woo hati – hati. “Geuraeyo?”. Entah kenapa, Sung Mi merasa Min Woo terlihat ..kecewa. “Kalau begitu aku pulang duluan”. Motor Min Woo melaju dengan Ah Ra yang tersenyum pada Sung Mi.
Ia benar – benar tak sabar menceritakan semua dugaannya itu pada Kwang Min. Tapi selama 5 menit ia berdiri menunggu, Kwang Min sama sekali belum terlihat batang hidungnya.
“Apa kau sudah lama menunggu?”, tanya Kwang Min yang tiba – tiba ada di depan Sung Mi. “Ani, baru sekitar 5 menit. Ayo, harus ada yang aku ceritakan padamu”, ujar Sung Mi semangat. “Mianhe, aku ada perlu hari ini”, ujar Kwang Min menyesal. “Mwo? Kalau begitu kenapa kau tidak mengirim pesan padaku?”, gerutu Sung Mi. Kwang Min menggaruk kepalanya, merasa bersalah. “Mianhe, aku juga baru dihubungi 1 menit yang lalu”. Sung Mi hanya bisa menghela nafas kecewa. “Ya sudah, aku akan menelepon jemputanku saja”. Sung Mi baru saja mengeluarkan ponselnya, tapi langsung dicegah Kwang Min.
“Wae?”
“Bagaimana kalau kau ikut denganku saja?”
“Mwo? Kemana?”
“Ke studio dance. Aku akan melakukan audisi disana”
“Audisi?”, Sung Mi mengernyit bingung. “Aku akan mendaftar audisi sebagai boyband”, jelas Kwang Min. “Boyband? Kau?”, Sung Mi memandangi Kwang Min dari ujung kaki sampai ujung kepala tak percaya. “Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?”, tanya Kwang Min tak suka. “Anio”, Sung Mi berusaha menahan tawa. “Ya sudah kalau tidak mau ikut”, Kwang Min berjalan begitu saja melewati Sung Mi. “Eh? Chankaman!”.

Blog's statistik



Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book
/
 

JUST BLOG =) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea